Terrorizing The Terrorized By The Terrorist

Saturday, August 22, 2009 TIME 7:38 AM
Hari ini dan kemarin adalah hari-hari yang sangat membosankan, karena gue ga bisa kemana-mana kecuali nonton doang. Duit udah tipis, karena hari Kamis kemarin. Mumpung lagi ga sibuk, dan jam 11 gue harus pelayanan, sekarang lah waktu yang paling tepat untuk mengupdate blog gue.

Pasti dengan membaca judul blog gue, lo udah bisa menebak bahwa blog ini tentang terrorist.

Siapa yang tidak kenal dengan Noordin M. Top, atau Ibrohim, atau Osama Bin Laden, dan kroni-kroninya. Iya, benar sekali, mereka terorrist.

Terrorist comes from the word terrorize and terrorize comes from the word terror. The definition of terror (taken from dictionary.com) is:

"an instance or cause of intense fear or anxiety; quality of causing terror"

The definition of terrorise (also taken from dictionary.com) :

"to fill or overcome with terror"


Cukup mengerti? Coba perhatikan definisi dan kata-kata tersebut. Dan pertanyakan pertanyaan ini kepada diri anda sendiri.
  • Apakah terrorist hanya para suicide bomber?
  • Apakah terrorist hanya para peledak bom?
Kesimpulan gue adalah, TIDAK.

Mungkin di otak para pembaca adalah, "wah, kacau nih anak mendukung kegiatan terorisme."
Maksud gue, terrorist berada dimana-mana. Individu, lembaga atau kelompok yang  terrorizes and frighten others. Bukan hanya Noordin and friends.

Contoh paling real yang kita hadapi setiap hari adalah terrorist di sekolah minggu. Guru sekolah minggu selalu bilang ke kita, "Jangan sering-sering berdosa, loh. Nanti Tuhan cubit." Tentunya, para anak sekolah minggu ketakutan. Termasuk saya.

Atau contoh yang lebih general adalah MEDIA.

Salah satu acara di televisi swasta di Indonesia selalu berakhir dengan kata-kata, "WASPADALAH!"
 
Siapa yang tidak takut? Manusia berotot dengan topeng abstrak teriak kata-kata itu dari belakang sel penjara. Pastinya karena banyak orang yang ketakutan dengan kata-kata dia, berarti dia terrorist.

Bayangkan jika Bom Marriot-Ritz Carlton itu tidak diberitakan atau tidak dipublikasikan oleh media. Apakah kita akan ketakutan untuk menginap di hotel-hotel AS di Jakarta? Tentunya tidak. Dan lebih baik lagi, tugas terrorist gagal. Karena tidak ada orang yang merasa takut, maka Noordin and friends bukan lagi disebut terrorist. 

Ohiya, saya hanya ingin memberitahukan jika ada yang mau ngisi comment, lagi ga bisa. Jadi silahkan kirim wall di account Facebook gue. Terima kasih.

Fearing The Inevitable.

Wednesday, August 12, 2009 TIME 11:12 AM
Today at this time, I'm supposed to be in school listening to teachers yap nonstop, but because I'm experiencing a bit of a turbulance (udah kayak dipesawat), I'm staying home, wishing and hoping it would get better by the second.

Dari tadi, my productivity rate equals to ZERO. And is that what sick people are supposed to do? Produce ZERO  amount of work? If it is, then I am succeeding.

But, what I have done is open my Facebook account (and write a new post). Maybe for some, it's meaningless, but I have learned so many things through people's notes, people's ideas, people's comments, people's personality, people's photos and people's life basically.

And there is one in particular that I want to share.

I was looking at my news feed, and I saw a note posted by Mikhael Yosia, and it's a poem of departure. And he tagged this note to lots of people and those who were tagged are my friends who will be separating us soon. Especially for me, many special friends have separated from my life. Some of them are going to Australia, some of them have gone to U.S, some of them have left to Malaysia, some to Singapore, and some of them have left Jakarta for educational purposes. And if I wrote all of them down, this post will be 9 pages long (agak lebay but so true).

And yes, I feel really, really sad they have gone.

Then my mind began to twist, and I thought to myself, "Sooner or later, this moment will come for me. I will miss the people I have left behind."

And I asked myself, "Would I be missed? Should I be missed?"

And for those who knows the answer, please comment on my Facebook since the comment box for my blog isn't working. Thanks :)

Oh, and good luck to all you guys who have left us behind :)

My Condolences To The Simatupang Family.

Friday, August 7, 2009 TIME 3:14 PM
Actually this event happened last Sunday. Sebenarnya gue pengen ngeupdate blog sooner than this, tapi karena gue lagi super, duper busy, maka I'm posting it now.

As usual, shit happens here in Indonesia everywhere you go. Even in my stupid school. Unbelievable, right? For example, the school is making new rules about FACEBOOK! For example, we are not allowed to depromote SMAK 7 in FaceBook. And cursing is disallowed from FaceBook. I know, my school's stupid.

Back to topic.

Last week, on Sunday, ada acara penghiburan di Apartemen Kuningan. Acara penghiburan ini sangat dahsyat karena orang yang meninggalkan kami, adalah istri dari Mr. T.B. Simatupang (keterlaluan jika tidak tahu dia). And on that day, Tante Nia, told me that I'm related to him. It works out like this : Tante Nia is my relative, and Tante Nia's cousin is Mr. T.B. Simatupang's daughter.

And because Tante Nia invited all my church friends to this event, it was really a PENGHIBURAN. Laughter everywhere, and we decided to swim because it was also the last time we spent time with Astrid and Melly before they leave to their own cities. Astrid to Bandung, Melly to Karawaci, and Freddy to Malaysia. These three people leaving are some of the PENTOLANs of TSD. And now we're left with Erwin, Riri, and myself.

Yeah, it's pretty sad saying good-bye to them.

And I honestly didn't want this event to be really fun, karena kangennya tambah besar kalo perpisahannya asik banget. But this didn't happen. We had so much fun and it's way more miserable to say good-bye to them :(

And today is going to be the first time we are experiencing a TSD night without them. Let's see how it goes. Hope it'll still be blessed and joyous.

Oh, and gue jadi panitia acara farewell/prom tahun ini. Lots of responsibility. Lots of hard work. Lots of time. Hence, my schedule is getting more hectic by the second.

Wish me luck.

Jakarta, Jakarta, ohh... Jakarta

Sunday, August 2, 2009 TIME 1:06 AM
Setelah sekian lama tidak nge-post thread yang baru, hasrat untuk menulis muncul lagi.

Gue baru saja sadar kalo gue tinggal di Jakarta, but I still can't conclude Jakarta in 3 words, or at least into a sentence, until this day. Let me ellaborate.

Hari ini gue memulai hari dengan bangun pagi yang justru rada segar. Gue cek hape gue dan ada SMS dari Tante Nia. Katanya hari ini ada pemuda dirumah gue jam 6. Dan gue baru inget. Hari ini gue berencana untuk menemani Kevin dan Gaby bermesum (canda Gaby Jovian hahaha). Rencananya sudah gue pikirkan baik-baik. Lalu gue berangkat ke Inten dengan Mr. Freddy, my brother. Dan di perjalanan gue ke Inten, Freddy ketawa-ketawa liat sekolah gue yang lingkungannya lumayan alay. Dari jaket-jaket kotor yang di gunakan pengendara motor, hingga bengkel yang hanya bisa menambal ban saja. Dan gue ketawa-ketawa mesem menyadari bahwa tempat sampah ini telah gue 'huni' selama 3 tahun menjelang 4 tahun.

Lalu ketika sudah sampai di Inten, gue dan Freddy makan di Rahayu (warteg terfavorit gue), dan setelah makan, dia cabut. Beberapa saat sebelum Freddy balik ke Sentul buat nyamperin ceweknya, Kevin sampai. Lalu setelah Inten kita nunggu Gaby buat cabut. Dan ini satu hal lagi yang gue sadari, Jakarta adalah kota cinta. Tanpa pasangan, rasanya kota ini membosankan (kecuali kalau punya banyak teman).

Dan setelah menjemput kakaknya Gaby di RS Husada, kita balik ke Cawang. Jam sudah menunjukkan pukul 9:00, dan HP gue getar mulu karena janji gue adalah nyampe rumah jam 8. Dan karena macet yang kronis di jalan raya disitu, gue memutuskan untuk lewat jalur Busway supaya bisa sampai lebih cepat. Dan saat lampu merah di depan gue ada mobil polisi. Dan satu2nya mobil yang masuk ke lajur busway adalah mobil kita. Dengan jantung yang mendebar sangat kencang, gue perlahan-lahan mundur. Dan untungnya, polisinya ga liat. Dan karena dia keluar jalur Busway, gue meneruskan jalan di area Busway dengan sangat kencang agar tidak kelihatan oleh polisi. Namun ide gue gagal. Setelah gue kebut gila-gilaan, pak polisi mengejar gue dan mereka menghentikan gue di tengah jalan.

Gue : Anjing. Gimana nih?
Kevin: Ayo turun aja.
Gaby : JANGAN! SOGOK AJA!

Dan saat gue mau ambil duit 20.000an, Kevin sudah menyiapkan 50.000, dan dengan paniknya, gue ambil.

(ketokan di kaca mobil)
Pak Polisi : Selamat Malam, Pak! Maaf, tapi sangat ditidakperbolehkan untuk menggunakan jalan Busway. Bapak lagi buru-buru ya? SIM STNK, pak?
Gue : Nih adanya STNK. (sambil ngasih goban)
Pak Polisi : Wets (dengan tangan yang menolak)

Gue kira Pak Polisi ini ga terima sogokan. Bisa mati gue. SIM aja belom dibikin. Tapi, tau-taunya, dia bilang;

Pak Polisi : Wets, jangan pak. Uangnya diselipin di STNK saja.

"Ngentot!", pikir gue. Lalu dia sok-sok membaca STNK, padahal malem2 ga keliatan apa-apa, dan dia menyaut,"Oh iya, iya. Silahkan ya, pak! Hati-hati di jalan!"

Sumpah tuh polisi maunya banyak banget deh. Kenapa tidak bilang mau duit terang2an aja. Dan gue dapat kesimpulan ke 3 bahwa Jakarta mempunyai sistem law enforcement yang lemah, pemerintahan yang mata duitan, dan 80% pemerintah = sampah.

Oh dan akhirnya ketika gue sampai ke rumah, mak gue santai aja dan gue ceritain semuanya, and thank God I'm alright.

Life Of A Fatstar | Powered by Blogger | Entries (RSS) | Comments (RSS) | Designed by MB Web Design | XML Coded By Cahayabiru.com