Setelah sekian lama tidak nge-post thread yang baru, hasrat untuk menulis muncul lagi.
Gue baru saja sadar kalo gue tinggal di Jakarta, but I still can't conclude Jakarta in 3 words, or at least into a sentence, until this day. Let me ellaborate.
Hari ini gue memulai hari dengan bangun pagi yang justru rada segar. Gue cek hape gue dan ada SMS dari Tante Nia. Katanya hari ini ada pemuda dirumah gue jam 6. Dan gue baru inget. Hari ini gue berencana untuk menemani Kevin dan Gaby bermesum (canda Gaby Jovian hahaha). Rencananya sudah gue pikirkan baik-baik. Lalu gue berangkat ke Inten dengan Mr. Freddy, my brother. Dan di perjalanan gue ke Inten, Freddy ketawa-ketawa liat sekolah gue yang lingkungannya lumayan alay. Dari jaket-jaket kotor yang di gunakan pengendara motor, hingga bengkel yang hanya bisa menambal ban saja. Dan gue ketawa-ketawa mesem menyadari bahwa tempat sampah ini telah gue 'huni' selama 3 tahun menjelang 4 tahun.
Lalu ketika sudah sampai di Inten, gue dan Freddy makan di Rahayu (warteg terfavorit gue), dan setelah makan, dia cabut. Beberapa saat sebelum Freddy balik ke Sentul buat nyamperin ceweknya, Kevin sampai. Lalu setelah Inten kita nunggu Gaby buat cabut. Dan ini satu hal lagi yang gue sadari, Jakarta adalah kota cinta. Tanpa pasangan, rasanya kota ini membosankan (kecuali kalau punya banyak teman).
Dan setelah menjemput kakaknya Gaby di RS Husada, kita balik ke Cawang. Jam sudah menunjukkan pukul 9:00, dan HP gue getar mulu karena janji gue adalah nyampe rumah jam 8. Dan karena macet yang kronis di jalan raya disitu, gue memutuskan untuk lewat jalur Busway supaya bisa sampai lebih cepat. Dan saat lampu merah di depan gue ada mobil polisi. Dan satu2nya mobil yang masuk ke lajur busway adalah mobil kita. Dengan jantung yang mendebar sangat kencang, gue perlahan-lahan mundur. Dan untungnya, polisinya ga liat. Dan karena dia keluar jalur Busway, gue meneruskan jalan di area Busway dengan sangat kencang agar tidak kelihatan oleh polisi. Namun ide gue gagal. Setelah gue kebut gila-gilaan, pak polisi mengejar gue dan mereka menghentikan gue di tengah jalan.
Gue : Anjing. Gimana nih?
Kevin: Ayo turun aja.
Gaby : JANGAN! SOGOK AJA!
Dan saat gue mau ambil duit 20.000an, Kevin sudah menyiapkan 50.000, dan dengan paniknya, gue ambil.
(ketokan di kaca mobil)
Pak Polisi : Selamat Malam, Pak! Maaf, tapi sangat ditidakperbolehkan untuk menggunakan jalan Busway. Bapak lagi buru-buru ya? SIM STNK, pak?
Gue : Nih adanya STNK. (sambil ngasih goban)
Pak Polisi : Wets (dengan tangan yang menolak)
Gue kira Pak Polisi ini ga terima sogokan. Bisa mati gue. SIM aja belom dibikin. Tapi, tau-taunya, dia bilang;
Pak Polisi : Wets, jangan pak. Uangnya diselipin di STNK saja.
"Ngentot!", pikir gue. Lalu dia sok-sok membaca STNK, padahal malem2 ga keliatan apa-apa, dan dia menyaut,"Oh iya, iya. Silahkan ya, pak! Hati-hati di jalan!"
Sumpah tuh polisi maunya banyak banget deh. Kenapa tidak bilang mau duit terang2an aja. Dan gue dapat kesimpulan ke 3 bahwa Jakarta mempunyai sistem law enforcement yang lemah, pemerintahan yang mata duitan, dan 80% pemerintah = sampah.
Oh dan akhirnya ketika gue sampai ke rumah, mak gue santai aja dan gue ceritain semuanya, and thank God I'm alright.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
hahahahaha emang dasar polisi Jakarta. makanya ning ntr dibenerin ya hukum indonesia:) kan mau ngambil fh kaaaaan